TDG Chapter 6 Bahasa Indonesia

Tales of Demons & Gods Chapter 6 : Xiao Ning’er

“Nie Li itu benar-benar kejam! Dia sungguh-sungguh menyuruhku menjadi umpan.” teriak Lu Piao melihat domba bertanduk yang sedang menyeruduk ke arahnya. Rasa takut membuat dia tersandung saat Lu Piao berlari ke belakang.

Sementara itu, Du Ze dan Nie Li sedang bersembunyi di dalam semak-semak. Mereka telah bersiap dengan busur di tangan mereka.

“Ya ampun! Domba bertandung ini begitu menyeramkan! Tembak, tembak dia!” teriak Lu Piao. Ketika dia melihat domba bertanduk itu semakin dengan dengannya, dia terus berlari semakin kencang.

“Aduh, Lu Piao ini, bukankah kita sudah setuju agar dia diam di tempat dan tidak bergerak sama sekali? Domba bertanduk itu seharusnya sudah jatuh ke perangkak, akan tetapi karena dia lari membuat domba tersebut menjauh dari perangkap,” Nie Li mengerutkan kening melihat Lu Piao yang melarikan diri. Perangkapnya sangatlah kecil, dan sekali domba bertanduk itu jatuh ke perangkak tersebut maka sudah pasti kakinya akan patah. Dan dengan hasil seperti itu akan membuat segalanya menjadi mudah untuk menembak jatuh domba tersebut.

Melihat Lu Piao yang lari kepanikan membuat Du Ze ikut gugup dan terus menerus menembak ke arah domba itu. *shu shu shu* Tiga anak panah ditembak dari busur oleh Du Ze.

Domta bertanduk itu termasuk salah satu makhluk siluman, dalam kondisi tidak cedera membuat reaksi domba bertanduk ini sangat cepat. Ketika domba itu merasakan tiga anak panah sedang ditembakkan ke arahnya, dengan gerak refleks yang cepat membuatnya melompat dan ketiga anak panah tersebut hanya terbang melewati domba tersebut.

“Apa? Meleset?”

Lu Piao ketakutan melihat tanduk domba tersebut semakin dekat dengannya. Dia hampir menangis karena memikirkan Nie Li dan Du Ze yang gagal menembak domba itu. Lu Piao mulai berpikir bahwa dia sudah membuat kesalahan dalam berteman. Jika tanduk tajam itu mengenainya, sudah pasti akan sangat menyakitkan.

Tangan Du Ze mulai berkeringat ketika dia melihat domba bertanduk itu menghindari anak panah dan terus menyeruduk ke arah Lu Piao. Dia sudah bisa membayangkan pantat Lu Piao yang ditusuk oleh tanduk domba itu.

“Nie Li, apa yang harus kita lakukan…” Du Ze langsung terdiam tidak melanjutkan pertanyaannya karena takut menganggu NIe Li.

Nie Li sedang berkonsentrasi dalam posisi sedang bersiap melepaskan anak panah. Tatapannya terpaku pada domba bertanduk tersebut.

Du Ze mempunyai perasaan yang tidak bisa diungkapkan, meski Nie Li belum melepaskan anak panahnya, tapi Du Ze merasa bahwa Nie Li akan menembak tepat domba bertanduk itu. Layaknya seekor macan yang mengendap dalam semak-semak yang sedang menunggu mangsanya, dari Nie Li terpancar aura yang menakjubkan.

Meski fisiknya lemah dan bukan seorang pendekar tingkat perunggu saat ini, dengan pengalaman dari kehidupan yang lalunya yang telah melewati berbagai pertempuran mematikan membuat Nie Li menguasai berbagai macam senjata baik itu pedang, busur ataupun hanya sepotong besi. Semua itu bisa menjadi senjata yang mematikan oleh Nie Li, dan dia mempunyai berbagai cara untuk membunuh seorang pendekar tingkat perunggu atau bahkan perak.

Nie Li melepaskan anak panahnya. Anak panah tersebut dilepaskan ke sudut mati dari pandangan domba betanduk.

“Tepat sasaran!”

Melihat anaka panah tersebut mengenai domba tersebut membuat Du Ze terkejut. Nie Li membuat dia merasa bahwa dia seorang pemanah berpengalaman.

Domba bertanduk itu tidak berhasil menghindar kali ini, dan anak panah yang dilepaskan Nie Li mengenai kaki belakangnya.

Domta bertanduk tersebut jatuh tidak berdaya di hadapan Lu Piao.

Lu Piao sangatlah gelisah dan mulai mengatur nafasnya yang terengah-engah setelah lari dari kejaran domba bertanduk. Ketika dia melihat domba itu tergeletak tak berdaya di hadapannya membuat dia berpikir ‘Jika Nie Li sedikit lebih lambat lagi, maka aku sudah pasti ditanduk oleh domba ini!’

Jika luka yang didapat domba bertanduk ini berasal dari anak panah biasa, jelas dia akan bangkit kembali. Akan tetapi, anak panah yang dilumuri racun ini sangatlah mematikan bagi domba bertanduk.

Racun itu langsung menyerang jantung domba bertanduk melalui pembuluh darah dan membuat mereka langsung tidak berdaya.

“Cepat sekali!” Du Ze terkejut, dia tidak pernah menyangka bahwa racun yang dibuat oleh Nie Li akan mempunyai efek sehebat ini.

Lu Piao juga ikut terkejut, dia sangat mengerti kekuatan domba ini. Bahkan dengan gabungan kekuatan dua pendekar tingkat perunggu akan memakan waktu yang cukup lama untuk mengalahkan satu domba bertanduk, namun Nie Li hanya membutuhkan sebuah anak panah.

“Tadi benar-benar sangat membuat aku jantungan!”

Setiap saat Lu Piao mengingat kejadian yang baru saja terjadi, membuat rasa takut kembali menyerang dirinya.

“Jika kamu tidak lari tadi, domba itu tidak akan menjadi ancaman untuk kamu!” balas Nie Li sembari tertawa.

“Baiklah,” gumam Lu Piao yang wajahnya memerah malu. Dia tidak bertindak sesuai rencana dan langsung panik ketika melihat domba bertanduk itu berlari ke arahnya.

Melihat domba bertanduk yang sudah tumbang itu membuat Lu Piao merasa dia sedang bermimpi. Kini semua aksi dan penampilan Nie Li tadi terukir di dalam pikiran Lu Piao dan membuat dia kagum dengan Nie Li. Ini pertama kalinya di dalam hidup Lu Piao dia kagum dengan seseorang. Kemampuan memanah Nie Li sangatlah luar biasa. Bahkan jika seseorang berlatih selama sepuluh tahun-pun belum akan mendekati kemampuan Nie Li.

“Ayo cepat kita bereskan. Kita tidak membutuhkan yang lain selain tanduk, bulu di leher, kristal siluman dan roh siluman!” perintah Nie Li dengan cepat. Kristal siluman dan roh siluman dari seekor domba bertanduk biasanya terletak di sekitar otak. Ksrital siluman hanya seukuran kuku dan hampir semua siluman memiliki sebuah kristal siluman. Sementara untuk roh siluman, hanya ada satu atau dua di antara sepuluh ribu domba bertanduk, dan bentuk roh siluman ini seperti lidah api pada lilin.

Seekor domba bertanduk dengan roh siluman akan jauh lebih kuat daripada domba bertanduk pada umum-nya.

Domba bertanduk termasuk siluman tingkat rendah dengan tingkatan perunggu level satu diantara para siluman. Berbagai bahan yang dikumpulkan dari mereka juga tergolong murah, sepasang tanduk dari mereka bisa terjual dengan harga lima koin dan untuk bulu mereka bisa terjual seharga 3 koin. Sementara untuk kristal siluman bisa dijual seharga lima koin.

Tanpa roh siluman maka dari seekor domba bertanduk mereka bisa mendapatkan tiga belas koin.

 Mereka hanya membutuhkan sekitar lima menit untuk membunuh seekor domba bertanduk. Jika hanya membutuhkan waktu selama itu, bukankah mereka bertiga bisa mendapatkan ribuan koin dalam satu hari?

Du Ze menjadi bersemangat, keluarganya sangat miskin dan pendapatan mereka hanya sekitar dua atau tiga ribu koin selama setahun. Demi dia masuk ke perguruan membuat keluarganya harus meminjam banyak uang dari saudara dan teman-teman-nya. Du Ze adalah harapan keluarganya dan jika dia bisa berburu domba bertanduk bersama Nie Li, maka biaya perguruannya di masa yang akan datang bisa dibayar oleh dirinya sendiri.

Nie Li tersenyum dan berkata, “Kita harus bergerak lebih cepat. Tidak ada waktu istirahat untuk kita malam ini!”

“Baiklah!” jawab Du Ze dengan semangat. Meski mereka belum mencapai tingkat perunggu level satu, tubuh mereka masih tergolong kuat. Tidur tidur sehari merupakan masalah kecil bagi mereka.

Lu Piao hanya bisa meratap melihat mereka berdua yang terlihat seperti orang kikir. Mereka rela membuang waktu istirahat demi uang! Meski dia sedih, Lu Piao tidak mempunyai pilihan lain. Siapa yang menyuruh dia ikut bergabung dengan mereka berdua?

Hanya dalam satu malam, Nie Li dan kawan-kawan berhasil berburu seratus dua puluh ekor doma bertanduk dan mendapatkan seribu dua ratus koin. Setelah membagi rata bertiga, maka setiap orang mendapatkan empat ratus koin.

Jumlah uang sebanyak ini sudah termasuk luar biasa bagi seseorang yang belum berhasil mencapai tingkat perunggu level satu. Bahkan bagi pendekar perunggu, untuk mendapatkan dua puluh atau tiga puluh koin dalam waktu satu hari saja sudah dianggap banyak.

Selama tujuh hari berturut-turut mereka menggunakan waktu di pagi hari untuk belajar di kelas, sementara di malam hari mereka pergi berburu domba bertanduk. Kini uang mereka telah terkumpul sebanyak sepuluh ribu koin.

Para murid di perguruan merasa aneh melihat jumlah domba bertanduk yang berkurang drastis. Biasanya setiap kali mereka berjalan akan dengan mudahnya menemui domba bertanduk. Tetapi sekarang mereka harus berjalan cukup jauh ke dalam untuk menemukan seekor domba bertanduk. Apakah ada siluman lain yang muncul dan memangsa semua domba bertanduk itu? Bahkan para guru dikirim untuk memeriksa masalah ini, namun mereka tidak menemukan apapun.

Pada hari ke-delapan, Nie Li dan kawan-kawan sedang berburu domba bertanduk. Langit saat itu sangatlah gelap dan sudah hampir tengah malam.

Lu Piao menguap dan berkata, “Nie Li, Aku tidak sanggup lagi. Aku ingin tiduran sebentar di atas pohon.”

Tujuh hari tanpa henti berburu domba bertanduk membuat dia sangat lelah.

Bukan hanya Lu Piao, bahkan Du Ze juga sudah tidak sanggup lagi.

“Nie Li, aku juga butuh tidur terlebih dahulu,” ucap Du Ze. Dia terus berjuang untuk tetap terbangun sepanjang minggu ini, bahkan manusia baja juga tidak akan sanggup bertahan melalui ini semua.

“Baiklah, kalian pergi tidur terlebih dahulu, kita akan berhenti berburu. Aku mempunyai rencana lain mulai besok,” balas Nie Li. Dia sudah mengumpulkan lebih dari enam belas ribu koin. Dengan itu semua mereka bisa melakukan banyak hal. Mereka tidak perlu lagi berburu domba bertanduk.

Lu Piao dan Du Ze memanjat pohon dan berbaring di dahan lalu langsung tertidur. Keduanya terlihat sangat kelelahan. Meskipun mereka sedang dalam masa pertumbuhan, akan tetapi mereka hanyalah remaja.

Nie Li berjalan memasuki hutan. Bulan terlihat di langit dan suara berbagai serangga bisa terdengar sepanjang waktu.

Dalam kesunyian tersebut tidak terlihat tanda-tanda siluman yang berbahaya.

Tiba-tiba Nie Li mendengar suara aneh dari dalam hutan. Tampaknya ada orang lain di dalam sana.

“Siapa yang masih ada di dalam tempat pelatihan malam-malam seperti ini?”

Nie Li mengerutkan kening dan berlari ke arah suara tersebut. Dia bersembunyi di antara pepohonan sembari melihat-lihat ke sebuah tanah lapang yang disinari cahaya bulan. Terlihat sosok seseorang yang ramping di tengah sinar bulan yang mempunyai rambut terikat hingga bahu dan mengenakan jaket kulit, selain itu terpancar sinar berwarna biru dari sosok tersebut.

Itu adalah sinar dari kekuatan jiwa! Meskipun belum mencapai tingkatan perunggu, tetapi itu merupakan tanda bahwa orang tersebut akan berhasil naik ke tingkat perunggu dalam waktu dekat.

Berkat cahaya dari kekuatan jiwa tersebut, Nie Li berhasil melihat wajah dari sosok tersebut. Matanya sedang tertutup, bulu matanya yang lentik agak bergetar dan alis matanya yang tipis membuat dia begitu sempurna dengan kulit putih dan bibir merah yang indah. Dia dan Ye Ziyun memiliki kecantikan yang berbeda. Dimana Ye Ziyun terlihat elegan seperti bunga anggrek, sementara wanita ini mempesona seperti bugna mawar berduri.

“Xiao Ning’er, tidak aku sangka dia ada disini,” ucap Nie Li yang terkejut untuk beberapa saat. Xiao Ning’er ternyata lebih tekun daripada yang dia duga. Dia masih berlatih di tengah malam seperti ini, Nie Li memperkirakan dalam waktu dekat wanita ini akan berhasil menjadi pengendali siluman perunggu.

Mengingat kehidupan Nie Li sebelumnya, Xiao Ning’er jatuh sakit selama dua tahun ketika berhasil menjadi pengendali siluman perunggu level satu. Selain itu dia harus terbaring kesakitan dan semua kemampuannya turun drastis dan membuat Xiao Ning’er harus kembali berlatih dari dasar setelah sembuh. Dia adalah wanita yang sangat kuat!

Nie Li kini mengerti bahwa meskipun Xiao Ning’er rajin berlatih, akan tetapi dia tidak mempedulikan nyawanya karena berlatih di tengah malam seperti ini.

Setelah berpikir sejenak, Nie Li berjalan menuju Xiao Ning’er.

“Siapa itu?!” teriak Xiao Ning’er yang tiba-tiba membuka matanya sembari meraih sebuah belati pendek miliknya. Dia menatap Nie Li dengan waspada, raut wajahnya sangat dingin. Di bawah remang-remang cahaya bulan membuat tatapan matanya terlihat mempesona.

“Aku adalah Nie Li!” jawab Nie Li. Meskipun dia tidak pernah berbicara dengan Xiao Ning’er, tetapi mereka masih teman sekelas dan saling mengenal satu sama lainnya.

Xiao Ning’er menurunkan belatinya, akan tetapi tetap terjaga melihat Nie Li dan berkata, “Apa yang sedang kamu lakukan disini?”

Nie Li tersenyum, “Kamu sendiri sedang apa disini?”

“Aku sedang melatih kekuatan jiwa ku,” balas Xiao Ning’er.

Nie Li mengangkat bahunya dan berkata, “Aku sedang jalan-jalan di sekitar sini.”

“Kamu berbohong. Jangan kira aku tidak tahu. Selama beberapa hari kemarin, kalian berburu domba bertanduk,” ucap Xiao Ning’er. Dia telah melihat Nie Li dan kawan-kawan, akan tetapi dia tidak ingin menyapa mereka. Xiao Ning’er hanya penasaran dengan apa yang dilumuri ke anak panah sehingga bisa merobohkan domba bertanduk dengan satu anak panah, akan tetapi dia tidak ingin ikut campur dengan masalah orang lain.

“Jadi kamu mengetahuinya..” ucap Nie Li sembari menatap ke Xiao Ning’er. Ketika gadis itu cemberut membuat penampilan dia semakin menarik. Tetapi Nie Li sudah mempunyai Ye Ziyun di dalam hatinya. Jadi perasaan dia terhadap kecantikan Ye Ziyun ini hanyalah sebuah kekaguman. Dia mengakui kecantikan Xiao Ning’er dan usaha kerasnya. Dengan penampilannya saja, Xiao Ning’er bisa mendapatkan semua yang dia inginkan, akan tetapi dia berjuang keras dengan tenaganya sendiri untuk mengubah pandangan semua orang terhadapnya. Sangat disayangkan dia menggunakan cara yang salah dalam berlatih.

Posted in Tales of Demons & Gods ( Yaoshenji ).